Redefinisi: Mengenal Dunia Adler dan Teori Psikologi Individual
“Kebahagiaan adalah perasaan berkontribusi
Saya pernah membaca sebuah kutipan dalam buku Atomic Habits yang menyatakan bahwa seorang anak yang terlahir dari orang tua yang bercerai, maka kondisi tersebut juga akan dialami oleh sang anak ketika ia telah menikah atau berumah tangga. Pernyataan dalam kalimat ini berdasar pada sebuah penelitian.
Bagaimana perasaan saya sewaktu membaca tulisan tersebut? Khawatir dan takut. Secara tidak langsung, tulisan itu mengganggu pikiran saya. Ayah dan ibu saya memutuskan untuk tinggal terpisah saat saya mendekati acara kelulusan SMA. Fakta di atas menambah ketakutan saya.
Sewaktu pulang ke rumah ayah, beberapa tetangga menaruh belas kasihan dan lainnya memberi komentar bahwa kehidupan rumah tangga saya nantinya pasti tidak jauh berbeda dengan orang tua. Saya merasa terus dibayangi oleh suatu bentuk kekhawatiran yang tidak nyata. Satu hal lagi yang membuat kekhawatiran saya menjadi berlebih adalah ketika saya semakin menemukan banyak orang di sekitar yang cerita hidupnya serupa. Kolega, kawan ibu dan adik, bahkan keluarga di desa juga banyak yang anak-anaknya menikah, kemudian bercerai. Ketakutan saya menjelma trauma dan berimbas pada pemahaman dan interaksi saya saat menjalin sebuah hubungan. Saya selalu dihantui dengan perasaan-perasaan tidak percaya yang “harus” saya tanamkan kepada pasangan. Hal itu pula yang membuat saya sangat berhati-hati dalam memutuskan sebuah hubungan yang lebih serius.
Pandangan saya mulai berubah ketika membaca “Berani Tidak Disukai” karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga. Pemahaman saya mulai dijungkirbalikkan dalam banyak hal, seperti pemaknaan masa lalu, gaya hidup, keputusan untuk berbahagia, dan penerimaan diri, yang muaranya adalah pada perbaikan hubungan interpersonal. Barangkali tidak hanya saya yang kaget dengan isi buku ini, namun juga seluruh pembaca yang dibuat bertanya-tanya dan mulai bersiap mengatur ulang pemahaman yang telah lama tertanam dalam pikiran. Jadi, selama ini, aku sudah menyusahkan diriku sendiri dengan seluruh alasan dan perbuatan yang kulakukan?
Salah satu subbab dalam buku ini berjudul Tujuan dari Hubungan Interpersonal adalah Perasaan Sosial. Hubungan interpersonal bisa menjadi sumber kebahagiaan jika kita membangun dan menjalinnya dengan harmonis. Kebahagiaan adalah perasaan berkontribusi. Kata filsuf di buku ini, itulah definisi dari kebahagiaan.
Entah dari mana saya harus memulai menulis catatan after reading kali ini. Bagi saya, buku ini begitu bergizi, mulai dari halaman pertama hingga penutupnya. Dikemas dalam bentuk obrolan seorang pemuda dan seorang filsuf yang menganut Teori Psikologi Adler. Seorang pemuda yang merasa tidak bahagia dan mempertanyakan letak keadilan bagi dirinya di dunia ini. Pertemuannya dengan seorang filsuf mengubah cara pandangnya tentang dunia melalui perbaikan hubungan interpersonal yang bermuara pada perasaan sosial.
Pandangan saya terkait masa lalu mulai berubah. Saya perlahan mulai belajar menerima keputusan orang tua. Tentu saja tidak mudah dan butuh waktu untuk membangun keyakinan-keyakinan tersebut. Tidak ada trauma masa lalu dalam Teori Psikologi Adler. Trauma masa lalu bahkan tidak diizinkan sebagai alasan untuk membenarkan segala macam tindakan balas dendam. Sebaliknya, trauma dijadikan sebagai jalan untuk mengambil peran dalam kehidupan saat ini. Dusta jika kita mengatakan bahwa hal-hal yang terjadi sekarang adalah imbas masa lalu, sehingga menjadi alasan untuk tidak berubah dan diam di tempat untuk selamanya. Tidak ada aetiologis, sebaliknya yang ada adalah teleologis.
Manusia Selalu Memilih Untuk Tidak Berubah. Judul subbab ini ada di bagian awal buku. Membahas tentang bagaimana manusia melihat dunia ini. Teori Psikologi Adler menyebutnya dengan “gaya hidup”, kecenderungan berpikir dan bertindak dalam kehidupan. Jika seseorang memilih untuk tidak berubah, berarti memang seperti itulah gaya hidup yang dipilihnya. Kita bertanggungjawab terhadap gaya hidup yang kita pilih.
Kebahagiaan bukan diraih dengan penegasan diri, melainkan penerimaan diri. Bagaimana diri memanfaatkan hal-hal yang telah dimiliki sebab hidup adalah rangkaian momen. Apapun arti kehidupan harus ditetapkan oleh individu itu sendiri. Begitulah kata Adler.
Buku ini akan membuat pembaca meredefinisi beberapa pemahaman terkait diri sendiri. Bagaimana cara hidup bahagia dengan mengubah cara pandang individu terhadap dunia sekitar mereka. Mari menari bersama dan berbahagia.
Selamat Membaca!^^