Rumah Sepanjang Amazon: Setelah Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta
Alih-alih langsung membaca buku yang baru dibeli, saya adalah tipe penimbun. Belanja beberapa buku di toko buku online, kemudian menyimpan mereka, dan baru akan dibaca ketika ‘mood’ sudah mengirim pesan semacam ini, “Ayolah, aku sudah berhari-hari duduk di atas tumpukan buku-buku ini. Kapan kamu mulai menjamahku?”
Saking malasnya, dua minggu terakhir di bulan ini saya telah membaca dua buku fiksi. Satu novel terjemahan yang akan saya ceritakan dalam catatan ini, satu lagi buku puisi terbaru karya M. Aan Mansyur. Kemudian, saya mulai membaca “Atomic Habits” dan telah sampai pada bab ke-20. Ditambah membaca “Jejak Langkah” yang cukup menyita waktu karena bahasa yang digunakan agak susah dicerna. Hehe. Lain waktu, mari mengulas tiga buku tersebut.
Catatan ini akan bercerita tentang sebuah novel yang ditulis oleh Luis Sepulveda; salah satu penulis Cile paling ternama. Judulnya Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta. Novel ini merupakan karya pertama Luis yang saya baca.
Terdiri dari 8 bab dan ditutup dengan naskah wawancara dengan penulis. Saya mengira novel ini akan berfokus pada kisah romansa yang dimiliki sang kakek. Ternyata, itu hanya selingan. Novel ini mengangkat isu lingkungan yang terjadi di daerah pedalaman sungai Amazon. Kejadian yang cukup mengganggu kehidupan suku asli di daerah tersebut.
Oh iya, mari berkenalandengan Antonio Jose Bolivar Proano. Kakek Antonio adalah tokoh utama dalam novel ini. Ia memiliki hobi membaca novel-novel cinta, namun bukan kisah cinta yang memiliki akhir bahagia. Novel yang disukainya adalah yang menyuguhkan kisah cinta paling sedih dengan akhir yang sangat memilukan. Seorang dokter gigi yang memberinya novel-novel tersebut.
Hari-harinya mulai terganggu dengan kedatangan sekelompok pemburu berkulit putih. Begitu juga dengan kedatangan para penambang yang mulai mempersempit pergerakan suku asli. Suku Shuar atau orang-orang Shuar adalah penduduk asli hutan sepanjang sungai Amazon. Mereka mengenal hutan seisinya seperti rumah dan taman bermain yang tiap hari dikunjungi.
Sekelompok pemburu yang membunuh seorang harimau jantan membuat pasangannya bersedih dan menuntut balas kepada seluruh penduduk El-Idilio. Hanya sang kakek yang bisa meredakan situasi mencekam tersebut. Ditambah akal-akalan Pak Walikota yang memang tidak suka dengan keberadaan Kakek Antonio.
Tidak hanya mengangkat isu lingkungan, novel ini juga penuh dengan unsur kebudayaan. Secara detail penulis mendeskripsikan tentang orang-orang Shuar, mulai dari tempat tinggal, kebiasaan mereka, hingga ritual-ritual dan bagaimana cara bercinta. Penulis begitu lihai menceritakan gerak-gerik suku Shuar.
Kegiatan penambangan dan perburuan yang merusak ekosistem hutan dan mengganggu keseimbangan alam ialah nyawa dari novel ini. Penulis mengemasnya dengan rapi dibalik kisah hidup seorang Antonio Jose Bolivar Proano. Bagaimana kematian sang istri; Dolores Encarnacian del Santisimo Sacramento Estupinan Otavalo (saya harus membuka novelnya lagi untuk menulis nama ini :D) yang terserang penyakit malaria membuatnya berlatih menjadi bagian dari orang-orang Shuar. Kawan dokternya yang mengutuk sikap pemerintah. Dan Pak Walikota yang menyebalkan karena sikap angkuhnya. Sahabatnya; seorang Shuar, juga ikut terbunuh akibat ulah para pendatang. Kakek Antonio tidak bisa diam saja menyaksikan kematiannya. Novel ini penuh karakter yang menghidupkan alur cerita.
Jadi, kalian sudah pernah baca novelnya? Bagaimana menurut pendapat kalian? Apakah setelah membaca novel ini, muncul keinginan untuk bergabung sebagai awak kapal Greenpeace?
Sampai jumpa di episode note after reading berikutnya!^^